Potensi Bencana Tanah Longsor Kota Cirebon
Secara geografis, Indonesia berada pada daerah yang ditandai dengan gejolak cuaca dan fluktuasi iklim dinamis yang menyebabkan Indonesia rawan bencana alam kebumian, seperti badai, topan, siklon tropis, banjir, dan tanah longsor. Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi pada wilayah Indonesia. Hampir setiap tahun tanah longsor merupakan bencana yang cukup sering terjadi. Memasuki musim penghujan, kejadian bencana ini akan meningkat intensitasnya.
Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi, dan getaran. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsoran dapat menimbun apa saja yang berada di jalur longsoran.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon telah mendata wilayah rawan tanah longsor yang dapat dijadikan sebagai acuan kesiapsiagaan banjir. Dari 22 kelurahan di Kota Cirebon, 5 diantaranya pernah mengalami tanah longsor pada tahun 2017-2020. 5 kelurahan tersebut yaitu Argasunya, Harjamukti, Drajat, Karyamulya, dan Kasepuhan. Berdasarkan data yang dihimpun dari lapangan dan juga pihak kelurahan, tanah longsor di Kota Cirebon disebabkan oleh kemiringan lereng terjal, tanah yang tidak stabil tergerus air, serta instensitas hujan tinggi. Total warga terdampak tanah longsor yang terjadi di Kota Cirebon pada tahun 2017-2020 yaitu ± 34 orang.
Setiap bulan Badan Geologi telah mengeluarkan imbauan mengenai prakiraan wilayah terjadinya gerakan tanah di Provinsi Jawa Barat dan persiapan yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya tanah longsor. Salah satunya dengan menjaga fungsi lahan dengan menanami vegetasi berakar dalam dan kuat serta menata aliran air permukaan pada tebing.
Menurut BMKG, Analisis Musim Hujan 2020/2021 Kota Cirebon terjadi pada bulan Oktober 2020 – April 2021, dimana puncak musim hujan terjadi pada Bulan Februari 2021 dengan curah hujan 401 – > 500 mm (sangat tinggi). Menyikapi bencana hidrometeorologi basah yang masih terus terjadi, masyarakat Kota Cirebon diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap ancaman bencana tanah longsor. Kesiapsiagaan di tingkat keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah dan menghindari jatuhnya korban jiwa, seperti segera mengevakuasi diri untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran, tidak mendirikan dan/atau mengembangkan pemukiman yang terlalu dekat dengan lereng yang terjal, serta senantiasa meningkatkan kewaspadaan ketika melintasi jalur rawan gerakan tanah karena berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan.