Potensi Bencana Kekeringan serta Kebakaran Hutan dan Lahan Kota Cirebon
Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, di antara Benua Asia dan Benua Australia, di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, serta dikelilingi oleh luasnya lautan, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki tingkat keragaman cuaca dan iklim yang tinggi.
Jenis bencana di Indonesia ada yang dipengaruhi oleh musim yang terjadi. Saat musim penghujan terjadi maka banjir, tanah longsor dan puting beliung akan sering terjadi. Akan tetapi saat musim kemarau kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan meningkat ancamannya. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan pada lahan dan hutan yang dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan serta dampak yang merugikan. Sedangkan kekeringan merupakan kondisi kekurangan pasokan air dari curah hujan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu musim atau lebih, yang berakibat pada kekurangan air untuk beberapa sektor kegiatan, kelompok atau lingkungan (UNISDR, 2019).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon telah mendata wilayah rawan kekeringan dan karhutla yang dapat dijadikan sebagai acuan kesiapsiagaan bencana di musim kemarau. Dari 22 kelurahan di Kota Cirebon, terdapat 1 kelurahan yang pernah mengalami kekeringan pada tahun 2017-2020 yaitu Kelurahan Argasunya. Berdasarkan data yang dihimpun dari lapangan dan juga masyarakat, kekeringan di Kota Cirebon pada tahun 2017-2020 menyebabkan ± 8459 warga terdampak. Sedangkan untuk karhutla, dari 22 kelurahan di Kota Cirebon, terdapat 13 kelurahan yang pernah mengalami kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2017-2020 yaitu Kelurahan Argasunya, Harjamukti, Kalijaga, Larangan, Kesenden, Sukapura, Drajat, Karyamulya, Kesambi, Pekiringan, Sunyaragi, Panjunan, dan Pegambiran.
Kekeringan yang terjadi di Kota Cirebon umumnya termasuk kekeringan hidrologis, terjadi ketika pasokan air tanah dan air permukaan berkurang. Untuk karhutla yang terjadi umumnya disebabkan oleh adanya percikan api dari pembakaran sampah ataupun puntung rokok yang dibuang sembarangan sehingga merambat ke tanaman kering di sekitar lahan kosong. Setiap tahun BMKG telah mengeluarkan imbauan mengenai prediksi puncak musim kemarau dan persiapan yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya kekeringan dan juga karhutla. Salah satunya dengan melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi danau, waduk, embung kolom retensi dan penyimpanan air buatan lainnya.
Menurut BMKG, Analisis Musim Kemarau 2020/2021 Kota Cirebon terjadi pada bulan Mei 2021 – September 2021, dimana puncak musim kemarau terjadi pada Bulan Agustus 2021 dengan sifat hujan diatas normal. Menyikapi bencana hidrometeorologi yang masih terus terjadi, masyarakat Kota Cirebon diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga. Kesiapsiagaan di tingkat keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah dan menghindari jatuhnya korban jiwa, seperti mengatur jadwal penggunaan air yang masih ada apabila mulai terjadi kekurangan air, tetap tinggal dirumah ketika karhutla terjadi, maupun menyiapkan tas siaga bencana.